Di dekat pintu tol jatiasih bekasi telah berdiri restoran Mcd di tempat bekas nongkrong para sopir dan pejalan kaki.
Di situ dulunya sangat asri dan juga
terdapat banyak pedagang makanan minuman. Tetapi setelah Mcd “masuk” dan
merubah total tampilannya, sekarang tempatnya menjadi lebih modern dan
menjadi lebih enak buat nongkrong.
Siang hari banyak anak-anak pulang sekolah
yang bergerombol berjam-jam sambil menikmati minuman ala
kadarnya. Malam hari juga tidak kalah ramainya dan saya termasuk salah
seorang yang sering mengajak meeting klien di Mcd jatiasih karena
pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau aman dan nyaman. Mcd disini
buka 24 jam dan di malam hari masih saja ada pengunjung restorannya
walaupun tidak seramai sore hari.
Seperti @yuswohady bilang bahwa Mcd suatu
saat akan berbentuk booth-booth kecil bertebaran di pinggir jalan
mengalahkan warung tegal (warteg) dan ini sudah terjadi di singapura.
Bukan cuma Mcd, brand besar lain
seperti KFC, JCO, Starbucks, Burger King, Celebrity Fitness dll juga
menyasar level bawah dan yang menjadi andalan mereka adalah prinsip
“Memberi lebih dengan harga murah”.
Di gerai-gerai tadi kita bisa browsing
sambil nge-cas HP tanpa bayar dan bisa kelihatan keren di status update
jika menuliskan “nongkrong di starbuck nich” daripada “nongkrong di
warung tegal nich”
Selain itu, brand-brand besar juga
menerapkan konsep “melihat dan dilihat” dengan cerdas. Semakin lama kita
nongkrong di starbuck atau di celebrity fitness maka “kasta” kita bisa
naik dan bisa terlihat “lebih kaya”
Kenapa itu bisa terjadi….????
Karena brand-brand perusahaan besar itu sudah sangat kuat menempel di benak konsumen
Seperti mas @handoko_h katakan bahwa brand
itu adalah makhluk hidup yang harus di perlakukan seperti makhluk hidup
lainnya. Brand harus selalu “dirawat”, “diberi makanan” dan
diperlakukan sesuai dengan masanya
Menurut @handoko_h dan @yuswohady bahwa di
saat ini, di jaman serba crowded maka peran UKM bisa menggantikan
bahkan mengalahkan brand-brand besar tadi. Kuncinya adalah selalu
mengantisipasi terhadap perubahan dan selalu mengakomodir keinginan
konsumen bukan bereaksi terhadap tindakan kompetitor
Prinsip “memberi lebih dengan harga murah” dan “selalu ingin dilihat dan melihat” adalah keinginan konsumen di era C3000
Dan celakanya brand-brand besar dengan cerdik melihat peluang tersebut dan segera melakukan perubahan di model bisnisnya
Jika para UKM tidak mau berubah memenuhi
kebutuhan konsumen tersebut maka lama-lama produk UKM akan ditinggal
konsumen dan yang lebih parah lagi adalah kesenjangan antara yang miskin
dan yang kaya akan semakin lebar
Apa hubungannya brand, CE3000 dan kesenjangan sosial..??
Menurut survey yang dilakukan @yuswohady
bahwa jika entrepreneur UKM banyak tumbuh maka kemiskinan akan semakin
berkurang, korupsi bisa hilang, dan percepatan kemakmuran penduduk akan
lebih cepat meningkat
Tetapi dari itu semua ternyata masih ada berita buruknya yaitu infrastruktur indonesia masih belum siap
Jalan raya selalu macet, bandara crowded seperti pasar, pelabuhan macet bahkan sering terjadi tabrakan kapal dll
Saat ini para UKM dihadapkan kepada 2 pilihan…… Berubah sekarang atau tidak sama sekali, NOW or NEVER…!!!
Diharapkan dengan adanya “kekacauan” ini
maka suatu saat akan banyak muncul para pahlawan-pahlawan nasional
Indonesia yang mengusung brand lokal ke ajang kelas dunia, amin
#inspirasi dari seminar @yuswohady dan
@handoko_h yang diadakan oleh Komunitas Tangan Di Atas @tangandiatas
pada hari minggu 30-september-2012
sumber : http://updatebanget.blogdetik.com
No comments:
Post a Comment